01-01-13 |
Aku senang, bahagia bisa liburan . . . Apalagi dengan dia. TENTU! Hanya saja ada moment dimana saat aku harus menyembunyikan air mataku di depan dia.
Subuh itu... Aku sangat kedinginan. Aku meringkuk bergelung didalam selimut diatas rumput beralas karpet tipis yg udah basah. Semalaman terjaga di lapangan terbuka yang super dingin itu membuat tubuhku seakan membeku. Ditambah lagi perutku udah perih karna lapar. Aku udah gak peduli lagi tatapan teman-teman yang menganggapku mungkin lebay atau berlebihan, ya karna mreka tidak tahu aku menahan sakit di perut alias magh ku kambuh. Tapi tiba-tiba saja dia duduk di depan membelakangiku sambil menarik selimutku menutupi muka ku yang terkena udara pagi. Aku hanya diam sambil menikmati hawa hangat yang menyelimutiku. Aku terkantuk-kantuk, mungkin aku sempat tertidur sampai aku tersadar ada sepasang telapak tangan hangat menutupi dan membelai muka ku. Aku mendongak . . . itu tangan dia! Dia mencoba menghangatkanku dengan caranya yang unik agar tidak terkesan memperlihatkan kepada orang lain. Ya, sepertinya hanya kami berdua yang tahu dia lakukan. Lalu dia menarik tangannya. Ku perhatikan dari balik selimutku, dia menghangatkan tangannya di dekat api unggun kemudian mengusap-usapkan lagi pada muka ku, menutupnya dengan kedua telapak tangannya sambil berbisik agar aku tidur.
Seketika air mataku menerobos keluar . . . cepat-cepat kuusap dengan selimut. menahan mataku agar tidak mengeluarkan air mata. Rasa haru, sedih, sakit menjadi satu dalam hatiku. Mengapa dia melakukan itu . . . Harusnya dia tak perdulikanku. Hubungan kami sudah kandas 1 tahun lebih yang lalu, mengapa dia masih begitu perhatian padaku?
Kedua kalinya aku hampir mau menangis lagi ketika menaiki dan menuruni puncak Si Kunir. Saat aku hampir terpeleset, dia menahanku, menggenggam tanganku dengan lembut membimbing jalanku . . . Aku sadar ternyata dia selalu berjalan di dekatku, di belakangku atau disampingku memastikan aku akan baik-baik saja. Yah aku tahu . . . Dan itu semua menjadikan kenangan tak terlupakan untukku. Hanya aku, dia, dan Tuhan yang tahu bagaimana perasaan kami. Aku cukup memahaminya sebagai rasa sayang . . . Dan aku . . . sangat menyayanginya . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar