Yogyakarta…
atau yang sering disebut dengan Jogja. Kota wisata utama yang sangat indah di
pulau Jawa ini selalu membuatku kangen ingin pergi kesana. Kesannya yang kalem
dan klasik, masyarakatnya yang ramah, membuatku nyaman jalan-jalan di kota itu
meskipun sendirian. Setiap kali ada kesempatan liburan, aku selalu memilih
tujuan liburan utamaku ke kota itu.
Kali ini aku
akan menceritakan perjalananku terakhir kali ke Jogja. Di mulai ketika aku
bingung dengan rencana merayakan tahun baru 2013. Saat itu banyak sekali dari
teman dan pacarku yang mengajak merayakan tahun baru. Karena banyaknya tawaran
membuatku bingung menerima ajakan dari siapa. Lalu tiba-tiba seorang teman
sekampus dari Kota Malang dulu menghubungiku mengajak berlibur ke Jogja. Dari
itu aku berfikir bagaimana jika aku merayakan tahun baru di Jogja, karena
meskipun aku sudah sering kali kesana tapi belum sekalipun aku merayakan tahun
baru di kota itu. Akhirnya kita sepakat untuk tahun baruan di Jogja, dan
pastinya sebelum itu aku sudah meminta ijin pacarku untuk merayakan tahun baru
dengan teman.
Tepatnya
pada tanggal 28 Desember 2012, dari Gresik kota tempatku tinggal, aku berangkat
ke Malang menggunakan transportasi Bus Patas. Sesampai di Malang aku menginap
semalam dirumah temanku yang akan ikut denganku ke Jogja. Esok paginya, pada
tanggal 29 jam 2 siang kami berangkat ke Jogja dengan menggunakan jasa Travel.
Untuk menghemat biaya, kami sengaja tidak menggunakan pesawat atau kereta yang
tiketnya sangat mahal untuk akhir tahun. Menurut kami Travel lebih aman dan
tarifnya tidak mahal, Tarif Travel kami hanya Rp. 95.000.- per orang . Selain
itu Travel tidak hanya menjemput kita dari rumah tapi juga akan diantar sampai
tujuan sehingga kita tidak perlu mencari taksi lagi untuk mencari hotel.
Sampai di
Madiun kami berhenti di rumah makan untuk istirahat dan makan. Aku memesan
rawon dan susu hangat karena tidak ribet makannya dan akan hangat di badan
cocok untuk cuaca berhujan saat itu. Harga makanan di rumah makan tersebut juga
sangat terjangkau. Untuk pilihan makanku, aku hanya merogoh kocek 16 ribu saja.
Setelah istirahat setengah jam disana, kami melanjutkan perjalanan ke Jogja.
Sepanjang perjalanan, jalanan terus diguyur hujan deras sehingga menambah kemacetan
jalan dan membuat perjalanan kami lebih lama dari jadwal biasanya.
Tanggal 30
Desember 2012
Paginya kami
bangun tidur dan memesan soto dari hotel. Setelah mandi kami berencana keliling
Jogja menggunakan Trans Jogja. Alat transportasi ini sangat efisien sekali, Bus
ini akan mengantar kita kemana saja hanya dengan tarif Rp. 3.000,- dan jika
kita salah turun di pemberhentian, kita tidak perlu membayar lagi dan Bus akan
mengantar kita ke tujuan yang tepat.
Puas
berkeliling kami pun kembali ke hotel. Karena tidak mendapatkan hotel lain yang
kosong, kami pun memutuskan memperpanjang inap dan berganti kamar yang lebih
bagus. Kemudian siangnya kita lanjutkan pergi ke “Taman Sari”. Taman sari ini
merupakan salah satu warisan budaya Keraton Yogyakarta yang dikenal sebagai
tempat pemandian para Raja Yogyakarta dan keluarganya pada jaman dulu. Di dalam,
kita disuguhkan keindahan arsitektur bangunan yang mempesona, yang memiliki
makna-makna simbolik Jawa dan beberapa bangunan yang memberikan kesan mistis.
Jogja juga dikenal
dengan kotanya yang tidak pernah sepi, semakin malam kota tersebut semakin
ramai oleh mahasiswa-mahasiswa yang sekedar jalan-jalan dan wisatawan-wisatawan
dalam negeri ataupun asing yang ingin menikmati keindahan Jogja di malam hari.
Kira-kira pukul 10 malam aku keluar bersama temanku yang kuliah di Jogja.
Berempat, kami menyusuri jalanan kota Jogja menggunakan sepeda motor.
Tanggal 31
Desember 2012
Dengan meminjam sepeda motor seorang teman, aku
pun jalan-jalan ke alun-alun kidul (Alkid) untuk mencoba berjalan melewati dua
pohon kembar dengan menutup mata. Konon ceritanya, jika seseorang bisa melewati
dua pohon tersebut berarti hati orang tersebut bersih alias dia orang baik.
Tapi ada juga yang bilang bahwa keinginan orang tersebut akan terkabul.
Sore harinya
aku bersantai di teras kamar hotel melepas lelah sambil menunggu malam hari.
Kami berencana merayakan tahun baru di alun-alun sambil melihat acara Sekaten.
Kami sudah membeli terompet, dan kembang api untuk acara nanti malam, namun
tiba-tiba temanku yang tinggal di Jogja mengajak kami ikut gabung bersama
teman-temannya merayakan tahun baru di puncak, Dieng Wonosobo Jawa Tengah.
Pukul 7
malam kami berangkat ke Wonosobo dengan menyewa 3 mobil Avansa. Dan tepat jam
12 malam kami tiba di Menara Pantau Dieng. Kami langsung turun dari mobil dan
menyalakan petasan-petasan dan kembang api bersama-sama. Udara yang begitu
dingin tidak menyurutkan kebahagiaan kami. Suara kembang api bersahut-sahutan
dari segala penjuru arah.
Setelah
kembang api habis, kami melanjutkan perjalanan naik ke atas puncak. Hawa dingin
semakin menusuk ketika kita tiba di dataran luas yang dibuat sebagai lapangan
parkir. Aku tercengang, ternyata tidak hanya rombongan kami yang berada disana.
Puluhan mobil berjejer dan tenda-tenda berdiri di lapangan tersebut.
Sesampai di
atas kami menunggu matahari yang mulai terbit. Kami hanya bisa berucap
“Subhanallah…” Pemandangan dari atas begitu menakjubkan, sekeliling kami
dipenuhi oleh lautan kabut putih yang sangat indah. Ditambah ketika matahari
mulai terbit, pemandangan tersebut semakin menampakkan indahnya.
Setelah
matahari mulai tinggi kami menuruni puncak Si Kunir dan bersiap untuk
perjalanan selanjutnya ke Candi Arjuna. Dan dilanjutkan kembali ke Jogja sore
harinya.
Tanggal 2
Januari 2013
Aku memutuskan hari itu untuk kembali ke Malang
Jawa timur. Tapi sebelum itu aku ingin sekali lagi menyapa kota Jogja yang
penuh kenangan. Pagi itu aku pergi ke sebuah kedai yang sangat unik. Tempat ini
sangat terkenal sebagai tujuan kuliner wisatawan. Kedai itu adalah “Kedai Rumah
Pohon”. Keunikan kedai ini karena dibangun dari bambu dan berlantai 6 tingkat menyerupai rumah.
Sehingga pengunjung tidak hanya dimanjakan oleh kelezatan makanannya tapi juga
pemandangan ke segala penjuru arah dari puncak rumah pohon ini. Pengunjung juga
bisa berfoto-foto di setiap ruangan di kedai ini.
Tidak afdhol
rasanya jika kita ke Jogja tidak ke Malioboro. Akhirnya aku belanja ke
Malioboro untuk mencari cinderamata, dan mampir ke salah satu pusat oleh-oleh
Yogyakarta untuk membeli beberapa cemilan khas Jogja. Setelah itu kami kembali
pulang ke Jawa Timur menggunakan jasa Travel yang sama seperti ketika datang.