Aku selalu mengingatmu, meski ku tahu itu menyakitkan...
Ku buka handphone ku, tak ada lagi kamu yang selalu memenuhi inbox-ku,
tak ada lagi ucapan selamat pagi dan selamat tidur untukku. Tak ada lagi
canda tawamu yang selalu mengiringiku dalam kebahagiaan, tak ada lagi
leluconmu yang membuatku tartawa. Tak ada lagi tatapan yang membuat
jantungku berdebar dan menyejukkan hati. Tak ada lagi genggaman tanganmu
yang selalu membuatku kuat akan setiap masalah yang menghampiriku. Tak
ada lagi pelukanmu yang membuatku tentram dan merasa aman di dekatmu. Kini, sekarang ada sesuatu yang hilang, tak lagi sama seperti dulu.
Aku berharap hari-hariku bisa berjalan dengan mulus seperti biasanya.,
walau tak ada kamu disampingku. Kini, aku mencoba menjalani semua
aktivitasku seperti biasa. Dan aku bisa menjalani itu semua walau hatiku
terasa kosong, hampa tanpa ada dirimu yang menemaniku setiap harinya.
Tapi, aku harus tetap tegar dengan semua ini. Setelah kepergianmu, aku
menyadari betapa aku mencintaimu. Setelah kepergianmu, kamu merampas
semua cinta dan kebahagiaan yang kupunya, melarikan ke tempat asing yang
justru tak tahu dimana keberadaannya. Siksaanmu begitu besar untukku,
dan aku terlalu lemah untuk mendapatkan cobaan ini, aku begitu lemah
untuk mendapatkan goresan luka di benakku yang semakin hari semakin
bertambah.
Hari dimana sekali lagi kamu berjanji padaku tak kan meninggalkanku dan menangis karena mengira aku datang padamu hanya untuk meninggalkanmu, kamu berkata tak ingin kehilanganku, aku pikir kita akan bersama selamanya. Tapi untuk kedua kalinya kamu meninggalkanku. Masih ku ingat jelas ketika aku mematahkan kalung pemberianmu, kamu bilang, "tidak perlu kalungnya, mas udah punya ad'...". Nyatanya aku tak dapat milikimu. Hingga beberapa minggu kemudian kamu menjauhiku, kamu pergi, kamu
menghilang dari kehidupanku, berbulan-bulan kamu tak mengirimku kabar sama sekali. Hal
itu membuatku marah dan aku berfikir kamu memutuskan ku secara sepihak,
tanpa tahu permasalahannya apa. Ku putuskan untuk melupakanmu. Kemudian, kamu menghubungiku di hari
jadianku bersama kamu. Entah mengapa hatiku tergugah untuk mencarimu, mungkin
karena rasa rindu teramat dalam selama berbulan-bulan kepergianmu. Kita berkencan di
malam minggu penuh emosi, kita juga berkencan dihari lain saat kamu memberikanku senyuman terindah. Sebenarnya saat itu hatiku menolak karena kamu bukan pacarku lagi. Aku
berkata kepada kamu, lebih baik kamu pergi dari kehidupanku jangan
pernah menghubungiku lagi, cari wanita lain di luar sana yang lebih baik
dariku. Tapi nyatanya kamu terus meminta maaf padaku atas kesalahan
kemarin telah menjauhiku. Kamu bilang kamu menyayangiku tapi tak tahu harus bersikap. Namun ini bukan cara yang benar. Aku tak bisa menerima hal itu. Hingga sampai kamu berlutut pun tak akan bisa aku menjadi pacarmu lagi. Dan itu artinya sekarang kamu dan aku
hanya sebatas teman. Padahal sebenarnya aku benci dengan
perpisahan ini...
Entah mengapa jika aku mengingat itu semua, beribu-ribu penyesalan selalu menghampiriku. Apakah kamu terluka karena ku?
Kita itu seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa permasalahan yang sebenarnya.
Aku menangis sejadi-jadinya di dalam heningnya malam, atas dasar bahwa
aku memang benar mencintaimu. Aku merasa kehilangan sosok pahlawanku.
Sementara aku selalu melihatmu dekat dengan wanita lain. Kamu tak pernah tahu bahwa terkadang aku di sini
menangis melihatmu bersamanya, aku cemburu...
Aku marah pada diriku sendiri, mengapa aku begitu sulit untuk melupakanmu?
Sedangkan kamu disana dengan mudahnya melupakanku. Tuhan...sungguh ini tak
adil bagiku. Ingin rasanya aku hilang ingatan, agar aku tak mengenalimu
dan kenangan dulu bisa terhapus di dalam memori otakku. Itulah jalan
satu-satunya untuk saat ini. Hari berganti hari, aku terus menjalani
hidupku tanpa dirimu. Dan aku merasa semakin hari aku selalu menyesali
kesalahanku padamu. Apakah kamu disana sudah mendapatkan pengganti
diriku? Aku harap kamu masih mengharapkanku, karena ku disini selalu
mengharapkan kehadiranmu dihidupku lagi. Apakah kamu disana selalu
memikirkanku? seperti aku yang selalu memikirkanmu. Aku hanya ingin tahu
isi hatimu saat ini. Apa kamu tak pernah berpikir tentang isi hatiku
saat ini? yang semakin hari semakin mendung karena tak ada lagi yang
menyinari hatiku.
Di dalam mimpiku kamu selalu ada untukku, dan kamu milikku. Tapi
ternyata, di dalam kehidupan nyata, kau hanyalah mimpi untukku dan aku
sulit menggapaimu kembali. Tak ada hal yang mampu ku perjuangkan selain
membiarkanmu pergi dan merelakanmu untuk orang lain yang pantas
mendapatkanmu. Aku berusaha menikmati kesedihanku, kesakitanku hingga ku
terbiasa akan semua hal itu. Aku selalu meneteskan air mata untukmu,
padahal setiap butiran air mata yang jatuh itu semakin aku merindukanmu
dan sulit untuk melupakanmu. Kini aku merasa jatuh cinta padamu yang
bukan milikku lagi.
Tapi aku punya Tuhan, punya keluarga dan sahabat, yang selalu ada
untukku. Dan juga punya seorang kekasih yang sangat mencintaiku. Aku percaya pada Tuhan... Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku saat
ini, dan pasti ada jalan keluar di balik ini semua. Mungkin di mataku
kamu yang terbaik untukku, tapi belum tentu kata Tuhan kamu yang terbaik
untukku. Aku percaya dan yakin bahwa skenario Tuhan adalah yang paling
indah.